1
Tuhan Mengapa Aku Dilahirkan
Posted by Huda.Dzikri
on
03.28
TUHAN MENGAPA AKU
DILAHIRKAN
Dahulu,
kehidupan keluargaku serba tercukupi. Tetapi, saat aku lahir ayahku menderita
sabuah penyakit dan pada saat itu pula kehidupan keluarga ku berada di bawah
roda kehidupan. Semua kebutuhan yang dulu aku nikmati semua berubah, aku hidup dimana kondisi serba pas-pasan tidak seperti dulu, hal itu membuat ku dan keluargaku kebingungan apalagi ayahku juga jatuh
sakit. Aku anak terakhir dari 5 bersaudara, waktu itu aku pernah mendengar
cerita dari kakak ku saat mereka masih kecil, disitu aku belum hadir di keluarga
ini tetapi kakak ku selalu bercerita tentang kehidupan mereka dulu. Saat aku
berusia 8 tahun ayah ku meninggal dunia, aku masih sangat kecil kala itu dan
belum mengerti apa-apa, sebelum itu aku tidak tahu kalau ayah ku meninggal aku
hanya mengira ayah hanya tidur tetapi semua kakak dan ibu ku menangis saat ayah
tidur, kemudian bibiku datang menghampiri ku dan memeluk ku erat sambil
meneteskan air mata. Aku bertanya “bi, bibi kenapa nangis? Ayah kan cuman tidur
bi” namun, bibi tidak mengucap apa apa dan aku semakin penasaran kemudian
menghampiri ayah yang sedang tidur lelap, kemudian air mataku jatuh dan berkata
“ayah, bangun… bangun yah, ayah cuman tidur kan ayo bangun” (sambil menangis),
kemudian kakak ku dengan cepat menggendongku ke kamar dan kakak ku berkata
“Fika, ayah udah meninggal, ayah ga bias bangun lagi” kemudian aku berkata “
nggak! Bohong ayah fika cuman tidur nanti bangun kok kak, kakak bantu fika
bangunin ayah” dan seketika itu kakak ku memelukku dengan erat.
Beberapa
hari setelah itu aku menyadari dan aku menangis karena aku mengetahui ayah ku
sudah meninggal. Kemudian saat jenazah ayahku di mandikan aku pun turut ikut
memandikan nya dan di dalam hati aku berkata “ini ada jasa terakhir dari ku
untuk ayah dan ini terakhir kali aku bisa memegang tangan ayah aku pasti kangen
sama ayah”. Dalam solat aku mendoakan selalu ayah ku, aku hanya bisa pasrah
semoga ayahku diterima disisinya dan juga di ampuni segala dosa nya.
Setelah
ayahku selesai dimandikan ayah ku dibawa ke dalam rumah juga di kafani, di saat
aku melihat ayahku sedang dikafani terbesit dipikiran ku, ini untuk yang
terakhir aku melihat wajah ayah, fika akan ingat selalu wajah ayah walau ayah
sudah tiada. Ayah doain fika semoga fika bisa menjaga ibu dengan baik. Pada
saat kain kafan dan kapas menutupi wajah nya aku pun meneteskan air mata.
Kemudian
ayah dibawa ke masjid untuk di sholatkan, setelah ayah selesai di sholatkan
ayah di bawa ke pemakaman tempat peristirahatan terakhirnya. Di pemakaman
bibiku memeluk aku dan berkata “fika, itu ayah.. ayah udah meninggal, ayah fika
udah gak ada, ayah fika ga bisa bangun lagi, fika yang sabar dan doain ayah
terus ya”. Aku hanya bisa menangis tidak bisa berkata apa apa saat ayah di
masukan ke liang lahat. Sambil menangis aku bertanya sama bibi “ bi.. ayah
kasiaan tidur nya ditanah nanti banyak cacing cacing bi.. kasian ayah bi..”
bibi ku berkata “fika yang sabar yah.. semua sudah memang di atur dari sana
fika” kemudian aku menjawab dengan tersedu sedu” itu ayah fika bi.. fika
kasian.. kasian ayah fika”(sambil menunjuk kearah jenazah ayahku). Dan saat mau
di tutup nya liang lahat itu, perlahan lahan tanah di masukan ke liang lahat
dan aku lepas kendali. Aku menangis tidak tega melihat ayah ku seperti itu,
tidur di tanah sendirian. Semua keluarga berusaha menenangkan aku di kala itu.